Mata pun celik sesudah tidur pada malam harinya. Tika itu tiba masa untuk fajar terbit dan bangunnya seisi semesta. Usai bangun rutin harian diteruskan seperti sediakala. Bangkit dari tidur, ibadah kepada-Nya dikerjakan dan urusan duniawi dilakukan demi mengejar ukhrawi. Namun begitu yang duniawi tidak semestinya berlandaskan kepada ukhrawi. Ada yang lebih ke arah diri sendiri, bukan untuk mengejar yang abadi. Yang duniawi selalunya lebih kepada peribadi dan tidak begitu menjurus kepada Ilahi. Kalau ada pun satu dua atau mungkin beberapa bilangannya.
Setiap hari perkara biasa yang pasti hampir semua insan lakukan sudah pasti menerjah ke alam maya atau menikmati teknologi yang sedia ada. Bohong rasanya kalau ada yang kata tidak menikmati satu pun kemajuan ini. Tak kira di ceruk mana atau jauh mana, medium ini juga yang jadi pilihan kebanyakan orang. Aku juga tak terkecuali. Ada beberapa tika masa aku bersama sang teman, acap kali juga mereka bicara perihal yang terpampang di dinding Facebook atau trending di Twitter. Dari sekecil-kecil hal yang agak remeh sehingga perkara yang tidak terpampang di dada akhbar. Indahnya bila kita jadi celik tentang semua perkara dengan adanya medium ini namun ada timbal baliknya bila terlalu bergantung kepada medium ini.
Ada satu tika, kawan berbicara tentang pasang surut negara dan perihal dunia yang semakin tenat. Entah bagaimana percakapan itu teralih tentang hal kiamat. Katanya, "dunia nak kiamat dahh." Ada juga kata, "nak kiamat dah sebab tu lahh." Aku diam, tak terkata. Bukan sebab aku tak punya apa nak dikata cuma aku pilih untuk tak bersuara. Entahlaa. Sampai lah satu hari sedang aku menonton tv, keluar siaran tentang cakap-cakap pasal hal kiamat ini. Menarik kupasannya, rasanya tak perlu aku kupas di sini kerana ia takkan jadi menarik seperti yang aku gambarkan.
Saat itu sekurang-kurangnya bila ada satu masa nanti ada teman berbicara tentang kiamat aku sudah tahu apa untuk diutarakan kepada mereka. Bukan cakap kosong saja, cakap yang punya isinya. Saat ada yang beri kata-kata atau nasihat padamu jangan dipandang siapa yang memberi tapi pandanglah pada isinya. Jika dibicara soal akhirat denganmu seperti mana situasi yang aku alami, kata padanya, sejauh mana bekalan yang telah kau sediakan jika benar kiamat itu sudah hampir? Jangan dipersoal tentang bilanya kiamat atau berkata "dunia nak kiamat dahh" sebaliknya tanyalah pada diri sejauh mana persediaan menghadapi perhimpunan tersebut. Aku masih tertanya-tanya bagaimana persediaanku untuk itu? Oleh itu, aku memilih untuk tidak buka mulut berbicara tentang perkara ini bukan dilarang tapi aku yang memilih untuk ia jadi begitu. Lebih elok rasanya bersedia daripada bercerita. Sekurang-kurangnya punya sesuatu untuk dihidang di sana daripada tangan kosong :)